Sorotan

09 February 2023

Begini Cara Mengatasi Bahan Kimia Mudah Terbakar!

Seringkali kita melihat kemasan atau area penyimpanan bahan kimia dengan keterangan “Mudah Terbakar”. Istilah bahan kimia mudah terbakar ini biasa disebut juga dengan flammable. Bahan kimia mudah terbakar termasuk dalam kategori bahan kimia B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Sudah banyak contoh kasus kebakaran dan ledakan yang disebabkan oleh bahan kimia ini.

Salah satu sumber kebakaran oleh bahan kimia berbahaya biasanya berasal dari faktor penyimpanan. Untuk memahami cara penyimpanan yang aman, perlu diketahui terlebih dahulu sifat dan cara mengatasi reaksi kimia akibat interaksi dari bahan yang disimpan. Bahan kimia terbagi atas wujud larutan, padat, dan gas. Semua wujud tersebut memiliki peluang yang sama untuk menyebabkan terjadinya kebakaran, tentunya tergantung pada suhu, temperatur, dan situasi kondisi.

Apa itu bahan kimia mudah terbakar?

Bahan kimia yang mudah terbakar atau disebut juga flammable adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen sehingga menimbulkan api atau kebakaran. Kebakaran terjadi bila ada unsur bahan, oksigen, dan panas yang bertemu.  Bahan mudah terbakar dibagi menjadi 2 jenis yaitu higly flammable (sangat mudah terbakardan extremly flammable (amat sangat mudah terbakar).

Bahan dengan label highly flammable memiliki pengaruh terhadap kelembapan sehingga disimpan pada kondisi kelembapan yang tinggi. Sedangkan bahan dengan label extremly flammable umumnya berupa gas pada suhu normal dan disimpan dalam tabung kedap udara bertekanan tinggi.

  • Adapun beberapa contoh bahan kimia bersifat flammable diklasifikasikan sebagai berkut :
  • Zat terbakar langsung (Alumunium, alkil, dan fosfor). Hindari kontak dengan udara.
  • Gas amat mudah terbakar (Butane dan propane). Hindari kontak dengan udara dan sumber api
  • Cairan mudah terbakar (Aseton dan benzene). Jauhkan dari sumber api atau loncatan bunga api.
  • Zat sensitive terhadap air, yaitu zat yang membentuk gas mudah terbakar bila kena air atau api.

Dampak yang dapat ditimbulkan

Kebakaran dapat terjadi bila bahan kimia yang mudah terbakar berkontak dengan sumber panas. Sumber panas dapat berupa api terbuka, logam panas, bara api, dan loncatan listrik. Kebakaran juga dapat menimbulkan ledakan dahsyat dan menghasilkan bahan baru yang bersifat racun. Itulah mengapa penting untuk mengetahui penyebab reaksi kimia akibat interaksi dari bahan-bahan yang disimpan.

Interaksi dapat berupa Interaksi antara bahan dan lingkungan dan Interaksi antar bahan. Interaksi antara bahan dan lingkungan contohnya seperti panas/percikan api yang dapat menimbulkan kebakaran dan ledakan terutama untuk zat yang mudah terbakar dan mudah meledak seperti pelarut organik dan peroksida. Sedangkan interaksi antar bahan yaitu seperti interaksi antara zat oksidator dan reduktor yang dapat menimbulkan ledakan dan kebakaran. Oleh karena itu beberapa bahan yang dapat bereaksi harus dipisahkan dalam penyimpanannya.

Cara mengatasi bahan kimia mudah terbakar

Dalam laboratorium, penyimpanan zat dan bahan kimia merupakan strategi yang dilakukan untuk mengurangi risiko kecelakaan. Setiap bahan memiliki sifat yang berbeda. Maka, dalam penyimpanan bahan kimia ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti aspek pemisahan, tingkat resiko bahaya, pelabelan, fasilitas penyimpanan, wadah sekunder, bahan kadaluarsa, inventarisasi, dan informasi resiko bahaya itu sendiri.

Bahan kimia mudah terbakar tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain dan harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder terisolasi yang jauh dari bahan oksidator, sumber api atau panas, termasuk loncatan api listrik dan bara. Hal ini dilakukan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, dan ledakan. Tempat penyimpanan juga harus berada di ruangan dengan termperatur dingin dan berventilasi. Tak lupa sediakan pula alat pemadam kebakaran pada ruangan tersebut.

Jika anda tertarik dengan informasi lainnya, silakah membaca artikel-artikel kami pada website. Dan jangan lupa untuk follow sosial media kami di LinkedinFacebookInstagramYoutube, dan Tiktok untuk melihat tips menarik seputar chemical dan juga pertambangan. PT Green Chemicals Indonesia siap membantu memberikan layanan dan solusi terbaik dalam memecahkan masalah anda dengan menyediakan produk berkualitas tinggi.


Berita Terbaru

Sorotan 13 August 2025

Kerak Boiler, Masalah Umum yang Bisa Picu Kerugian Besar

Bagi sebagian orang, kerak mungkin hanya dianggap sebagai kotoran biasa yang menempel di dalam sistem. Padahal, endapan mineral ini dapat menurunkan efisiensi, meningkatkan konsumsi bahan bakar, bahkan merusak komponen penting dalam waktu singkat. Tidak sedikit perusahaan yang harus merogoh biaya perbaikan besar atau menghentikan produksi karena boiler mereka bermasalah akibat kerak yang dibiarkan menumpuk.

Artikel ini akan membahas secara tuntas apa itu kerak pada boiler, bagaimana proses terbentuknya, dampak yang ditimbulkannya, hingga langkah-langkah efektif untuk mencegahnya. Dengan pemahaman yang tepat, masalah sepele ini tidak akan berubah menjadi sumber kerugian besar bagi bisnis Anda.

Kerak pada Permukaan Boiler

Pernahkah boiler Anda bermasalah karena kerak? Yap, kerak boiler memang bisa berakibat sangat fatal jika dibiarkan. Kerak adalah lapisan padat yang terbentuk di permukaan dalam pipa atau tabung boiler akibat pengendapan mineral dan zat padat terlarut dari air umpan. Lapisan ini biasanya berwarna putih keabu-abuan, kekuningan, atau kecokelatan, tergantung jenis mineral yang terkandung. Selain mengganggu perpindahan panas, kerak juga dapat memicu korosi—fenomena ini dikenal sebagai corrosion under deposit. Korosi jenis ini dapat mempercepat kerusakan material, melemahkan struktur pipa, dan pada akhirnya memicu kebocoran serius pada boiler.

Kerak terbentuk ketika air umpan yang mengandung mineral seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), atau silika (SiO₂) dipanaskan hingga mendidih. Saat suhu meningkat, kelarutan mineral ini menurun sehingga mereka mengendap dan menempel di permukaan logam. Proses ini bisa dipercepat jika sistem pengolahan air tidak bekerja optimal atau jika perawatan rutin diabaikan. Beberapa penyebab umum pembentukan kerak pada boiler antara lain:

  • Kualitas air umpan yang buruk (tingginya kandungan mineral seperti kalsium, magnesium, silika).
  • Sistem pengolahan air yang tidak optimal, sehingga mineral tidak tersaring atau dinetralkan.
  • Kurangnya perawatan dan pemeriksaan berkala, sehingga penumpukan tidak terdeteksi sejak dini.
  • Pengoperasian boiler di luar spesifikasi, seperti tekanan atau suhu berlebih yang memicu pengendapan cepat.

Dampak Kerak pada Boiler

Kerak yang sudah parah dan tidak pernah di-treatment akan memberikan dampak terhadap kinerja dan umur pakai boiler. Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara lain:

Penurunan efisiensi perpindahan panas

Kerak bertindak seperti isolator panas. Ketebalan kerak hanya 1 mm saja sudah dapat menurunkan efisiensi perpindahan panas hingga 10% atau lebih. Akibatnya, energi yang dibutuhkan untuk memanaskan air menjadi uap akan jauh lebih besar.

Kenaikan konsumsi bahan bakar

Karena perpindahan panas terhambat, burner harus bekerja lebih lama dan lebih keras. Hal ini mengakibatkan konsumsi bahan bakar meningkat, yang pada akhirnya menambah biaya operasional.

Overheating dan potensi kerusakan pada tabung boiler

Lapisan kerak membuat panas tidak terserap merata oleh air. Bagian logam di balik kerak akan menjadi jauh lebih panas dari seharusnya, memicu deformasi atau bahkan retakan pada tabung (tube failure). Jika tidak segera ditangani, bisa menyebabkan kebocoran dan kerusakan permanen.

Singkatnya, membiarkan kerak menumpuk adalah seperti menabung masalah yang suatu saat akan “membayar” Anda dengan kerugian besar. Pencegahan dan perawatan rutin jauh lebih murah dibanding menanggung biaya kerusakan akibat kerak.

Bagaimana Solusinya?

Mengatasi kerak boiler tidak hanya soal memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi, tetapi yang jauh lebih penting adalah mencegahnya sejak awal. Langkah pertama adalah memastikan pengolahan air umpan dilakukan dengan benar, sehingga mineral penyebab kerak dapat dihilangkan atau diminimalkan sebelum masuk ke dalam boiler.

Kualitas air dan parameter operasi seperti tekanan, suhu, dan tingkat TDS (Total Dissolved Solids) harus selalu dipantau secara berkala. Dengan begitu, tanda-tanda awal pembentukan kerak dapat segera diidentifikasi sebelum berkembang menjadi masalah besar. Sebagai perlindungan tambahan, penggunaan bahan kimia anti-kerak dapat membantu mencegah mineral mengendap dan menempel pada permukaan logam. Dengan menggunakan bahan kimia yang tepat, risiko kerusakan serius dapat ditekan seminimal mungkin.

Jika Anda memiliki kebutuhan chemical untuk permasalahan kerak pada boiler, atau ingin berkonsultasi lebih lanjut tentang solusi yang sesuai untuk sistem Anda, jangan ragu untuk menghubungi kami langsung melalui Whatsapp. Kami siap membantu Anda menjaga performa boiler tetap optimal dan bebas dari gangguan.

 

 

 

 

Selengkapnya
Sorotan 08 August 2025

Degreaser Cleaner Percepat Proses Pembersihan Industri

Salah satu tantangan yang kerap dihadapi dalam dunia manufaktur adalah membersihkan peralatan yang terpapar minyak, lemak, atau residu berat lainnya. Jika dibiarkan, kotoran ini dapat memperlambat proses produksi, merusak peralatan, bahkan meningkatkan risiko kecelakaan kerja. Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan solusi pembersihan yang efektif dan tepat sasaran: degreaser cleaner. Saat ini, terdapat tiga jenis degreaser yang umum digunakan dan terbukti ampuh dalam mengatasi kotoran industri, yaitu degreaser water-base, degreaser solvent-based, dan degreaser emulsion-based. Masing-masing memiliki karakteristik dan keunggulan tersendiri, yang akan dibahas lebih lanjut dalam artikel ini.

Degreaser Water-Based, Ramah Lingkungan dan Aman

Degreaser water-based adalah pembersih berbahan dasar air yang diformulasikan untuk mengangkat minyak, lemak, dan kotoran lainnya tanpa menggunakan pelarut kimia keras. Cara kerjanya mengandalkan kombinasi air, surfaktan, dan bahan aktif lainnya yang menembus dan melonggarkan ikatan antara kotoran berminyak dan permukaan, sehingga mudah dibilas tanpa meninggalkan residu berbahaya.

Keunggulan utama dari water-based degreaser terletak pada aspek keamanannya. Produk ini ramah lingkungan, tidak mudah terbakar, serta aman digunakan pada permukaan sensitif seperti aluminium, plastik, atau cat. Penggunaannya juga mengurangi risiko paparan bahan berbahaya bagi pekerja. Degreaser ini menjadi pilihan ideal untuk industri yang mengutamakan keamanan.

Degreaser water-based sangat cocok digunakan dalam industri makanan dan minuman, pembersihan peralatan ringan, atau fasilitas produksi yang membutuhkan standar kebersihan dengan mempertimbangkan keselamatan dan kelestarian lingkungan.

Degreaser Solvent-Based, Kuat untuk Kotoran Berat

Solvent-based degreaser adalah jenis pembersih berbahan dasar pelarut kimia yang dirancang khusus untuk mengangkat kotoran berat seperti oli, gemuk, tar, dan karbon yang menempel kuat pada permukaan. Karakteristik utamanya adalah kekuatan larut dan kemampuan bekerja yang cepat.

Dengan daya bersih yang tinggi, degreaser solvent-based menjadi pilihan ideal untuk industri yang menangani kotoran berminyak ekstrem. Produk ini cocok digunakan di sektor otomotif dan perawatan mesin berat yang merupakan tempatnya residu oli dan gemuk.

Meski efektif, penggunaan solvent-based degreaser perlu memperhatikan aspek keselamatan kerja karena umumnya bersifat mudah terbakar dan mengeluarkan uap kimia. Dalam hal ini, dianjurkan utnuk menggunakannya di area berventilasi baik dengan penggunaan APD.

Degreaser Emulsion-Based, Keseimbangan antara Efektivitas dan Keamanan

Degreaser emulsion-based adalah pembersih yang menggabungkan keunggulan water-based dan solvent-based dalam satu formula. Dengan komposisi berbasis air yang dipadukan dengan pelarut, produk ini mampu melarutkan minyak dan lemak berat secara efektif, namun tetap cukup aman digunakan pada sebagian besar permukaan, termasuk logam, plastik, dan karet.

Jenis degreaser ini dirancang untuk mengatasi residu berminyak yang sulit dibersihkan dengan produk biasa. Formulanya dapat melonggarkan kotoran hingga memecahnya menjadi partikel-partikel kecil yang mudah dibersihkan tanpa meninggalkan noda membandel.

Degreaser emulsion-based sangat fleksibel, bisa digunakan secara manual dengan kain atau sikat, maupun melalui mesin pembersih otomatis. Produk ini cocok digunakan pada fasilitas produksi, bengkel, dan sektor maintenance yang membutuhkan kebersihan maksimal yang tetap aman.

 

Masing-masing jenis degreaser diatas memiliki keunggulan dan aplikasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan industri Anda. Sudah saatnya beralih ke solusi pembersihan yang lebih cerdas dan efektif!

Konsultasikan kebutuhan degreaser Anda bersama tim kami dan temukan produk yang paling sesuai untuk industri Anda. Hubungi kami sekarang untuk mendapatkan rekomendasi produk atau kunjungi halaman produk kami untuk informasi lebih lanjut!

 

 

Selengkapnya
Sorotan 30 July 2025

Foaming dalam Sistem Industri, Masalah Sepele yang Berdampak Besar

Foaming atau pembentukan busa dalam sistem industri merupakan permasalahan yang sering diabaikan, namun dampaknya bisa sangat serius. Busa dapat muncul dalam berbagai sistem, mulai dari unit pengolahan air, proses kimia, hingga industri makanan dan minuman. Misalnya, dalam sistem pendingin air (cooling tower), foaming dapat menyebabkan overflow, menghambat sirkulasi air, dan menurunkan efisiensi pertukaran panas. Di sektor pengolahan limbah, busa yang berlebihan bisa menutup permukaan kolam aerasi, mengganggu proses biologis, serta memicu keluhan lingkungan.

Apa itu foaming?

Foaming, atau pembentukan busa, adalah fenomena munculnya gelembung-gelembung gas yang terperangkap di dalam cairan, membentuk lapisan busa pada permukaan atau di dalam sistem industri. Proses ini terjadi ketika gas, biasanya udara, terdispersi ke dalam cairan yang mengandung senyawa aktif permukaan (surfaktan) atau zat lain yang dapat menstabilkan gelembung. Dalam lingkungan industri, foaming bisa muncul akibat pengadukan, agitasi, aerasi, atau reaksi kimia tertentu, dan seringkali menjadi gangguan serius dalam proses produksi.

Beberapa sektor industri sangat rentan terhadap masalah foaming. Industri pengolahan air, misalnya, kerap mengalami busa akibat kontaminan organik atau aktivitas mikroorganisme. Di sektor kimia, reaksi kimia yang kompleks dapat menghasilkan busa. Industri makanan & minuman menghadapi foaming terutama selama proses fermentasi atau pencampuran bahan. Sedangkan pada industri minyak & gas, busa sering muncul selama ekstraksi atau pemrosesan minyak mentah dan gas alam.

Penyebab terjadinya foaming sangat bervariasi. Faktor umum mencakup kehadiran surfaktan, kontaminasi cairan, suhu tinggi, tekanan, serta kondisi mekanis seperti agitasi dan kecepatan aliran tinggi. Bahkan, penggunaan bahan kimia yang tidak tepat juga bisa memicu terbentuknya busa dalam jumlah besar. Dengan mengenali karakteristik dan sumbernya, penanganan foaming menjadi lebih terarah dan efektif. Beberapa dampak munculnya foaming dalam sistem industri adalah:

  • Gangguan pada proses produksi dan efisiensi
  • Kerusakan pada peralatan
  • Penurunan kualitas produk akhir
  • Risiko keamanan dan pencemaran lingkungan
  • Biaya tambahan untuk pemeliharaan dan downtime

Penanganan dan Pencegahan Foaming

Foaming yang dibiarkan tanpa kontrol dapat menjadi sumber kerugian besar dalam industri. Pendekatan penanganan dan pencegahan harus bersifat menyeluruh dan terintegrasi. Berikut beberapa strategi efektif untuk mengendalikan foaming di lingkungan industri:

  • Desain sistem yang meminimalkan potensi foaming. Pencegahan dimulai dari tahap awal, yaitu desain sistem. Sistem perpipaan, tangki, dan alat proses harus dirancang untuk mengurangi turbulensi, agitasi berlebih, serta aerasi yang tidak perlu.
  • Pemantauan dan kontrol proses secara otomatis. Sensor level busa, sistem kontrol otomatis, dan alarm peringatan dini memungkinkan operator untuk segera merespons sebelum busa meluap atau merusak peralatan.
  • Pemilihan bahan baku yang tepat. Foaming sering kali berakar dari kualitas bahan baku yang digunakan. Surfaktan, minyak, atau bahan organik tertentu bisa memicu pembentukan busa berlebih. Penting untuk memilih bahan baku dengan kadar pengotor rendah, dan jika memungkinkan, menggunakan bahan aditif yang tidak bersifat foaming.
  • Penggunaan antifoam atau defoamer. Solusi kimiawi juga sangat efektif dalam mengatasi foaming, yaitu melalui penggunaan antifoam (pencegah busa) atau defoamer (penghilang busa). Ada berbagai jenis antifoam, mulai dari berbahan dasar silikon, minyak mineral, hingga air. Pemilihan jenis yang tepat harus disesuaikan dengan jenis cairan proses, suhu kerja, dan regulasi industri (terutama untuk produk makanan atau farmasi). Aplikasi antifoam bisa dilakukan secara kontinu melalui sistem dosing otomatis, atau secara periodik tergantung tingkat keparahan foaming.

Rekomendasi Produk Defoamer

Greenhydro AF-50 merupakan produk defoamer ramah lingkungan yang efektif mengendalikan dan mencegah timbulnya foam dalam berbagai sistem aliran. Dengan kestabilan tinggi dan formula yang biodegradable, Greenhydro AF-50 cocok digunakan di industri kertas, karet, tekstil, limbah, hingga pengolahan air. Selain mudah diaplikasikan dan ekonomis, penggunaannya juga dapat meningkatkan efisiensi kerja pompa serta menjaga sistem tetap optimal tanpa membahayakan lingkungan.

Jika Anda membutuhkan defoamer, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui WhatsApp atau email di marketing@greenchem.co.id. PT Green Chemicals Indonesia siap membantu menemukan solusi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sistem Anda.

 

 

Selengkapnya